Syarat Menimba Manfaat Dari Al-Qur’an

Syarat Menimba Manfaat Dari Al-Qur’an

Oleh: Dzikri Ashiddiq

Segala puji bagi Allah Swt, dan sholawat dan salam terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad Saw, Bismillaahirrahmaanirrahiim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang)

Pembaca yang dirahmati Allah Swt, Syekh al-Imam penghidup sunnah (muhyi al-sunnah), penentang bid’ah, Abu Abdullah, yang lebih akrab dengan sebutan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah, semoga Allah Swt, merahmati dan meridhainya menyatakan bahwa apabila anda ingin menimba manfaat dari al-Qur’an maka bulatkan hati anda ketika membaca dan mendengarkan bacaan al-Qur’an

Lalu, gunakan pendengaran, dan hadirkan hati anda sebagai mukhathab (sasaran bicara), sebab, al-Qur’an adalah kitab Allah Swt, untuk anda yang disampaikan melalui lisan Rasul-Nya (Nabi Muhammad Saw)

Allah Swt berfirman : Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan (dzikr) bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang ia menyaksikannya (QS. Qaaf 50 ayat : 37)

Dalam firman tersebut, adz-dzikru bermakna ibrah (teladan, pelajaran) dan nasihat, menurut Mujahid, kata menggunakan pendengaran bermakna tidak membiarkan diri berbicara dengan yang lain, pendengaran adalah saksi bagi hati (dikutip dari Tafsir Ibnu Katsir, juz 7, hlm. 386)

Dalam buku, Faedah Al-Qur’an, karya, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah, diterangkan dengan demikian, kesempurnaan pengaruh dari al-Qur’an dapat diperoleh ketika dalam diri muatsar (orang yang ingin memperoleh pengaruh) sudah terkondisi dan terpenuhi syarat-syarat yang diperlukannya

Dan tidak ada lagi penghalang yang menjadi faktor penghambat, semua penjelasan tentang hal ini terkandung dalam ayat tersebut yaitu pada QS. Qaaf 50 ayat : 37 dengan kalimat yang ringkas dan jelas sehingga dapat digunakan sebagai dalil

Firman Allah Swt, yang berbunyi Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan (QS. Qaaf 50 ayat : 37) memperlihatkan bahwa hal yang dipaparkan di awal surat ialah objek yang memengaruhi, sementara firman-Nya yang berbunyi, bagi orang yang mempunyai hati (QS. Qaaf 50 ayat : 37) bermakna kondisi orang yang menerima, dan yang dimaksud dengan hati dalam firman tersebut ialah akal yang hidup dan dapat berpikir tentang kekuasaan Allah Swt

Selanjutnya, Allah Swt berfirman : Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan supaya ia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (QS. Yaasiin 36 ayat : 69)

Maksud firman Allah Swt yang berbunyi menggunakan pendengarannya (QS. Qaaf 50 ayat : 37) ialah berkonsentrasi dan memfokuskan indra pendengaran terhadap suatu perkataan dan, hal inilah prasyarat terjadinya pengaruh kalam (al-Qur’an) sementara itu, maksud firman Allah Swt, sedang ia menyaksikan (QS. Qaaf 50 ayat : 37) ialah hati yang senantiasa hadir (tidak lengah), dan hati bukanlah sesuatu yang gaib

Ibnu Qutaibah berkata, Dengarkanlah kitab Allah Swt, ia adalah saksi hati, sementara itu, orang yang alpa dan lalai tidak akan dapat memahaminya perkataan ini mengisyaratkan bahwa hal-hal yang dapat menghalangi terjadinya pengaruh al-Qur’an pada hati ialah hati yang senantiasa alpa dan lalai serta tidak pernah dilibatkan dalam aktivitas pikiran, perenungan, dan penghayatan terhadap sesuatu yang dikatakan kepadanya

Apabila terdapat al-muatsir (yang memengaruhi), yakni al-Qur’an, dan kondisi yang menerima, yaitu hati yang hidup, dan telah ditemukan pula persyaratan-persyaratan, yakni konsentrasi, serta tidak ada penghalang, yaitu kesibukkan yang memalingkan hati dari ketaatan kepada Allah Swt, dan tidak terpecahnya konsentrasi pada yang lain maka akan tercapailah pengaruh (atsar), yaitu mengambil manfaat (intifa), dan menjadikan al-Qur’an sebagai peringatan (tazakkur)                           

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: