Kalam Hikmah Imam Ibnu Athoillah As-Sakandari

Kalam Hikmah Imam Ibnu Athoillah As-Sakandari

Oleh: Dzikri Ashiddiq

Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, Imam Ibnu Athoillah As-Sakandari mengatakan di dalam kitabnya Al-Hikam : Bagaimana akan terang hati seseorang jika gambar dunia masih terbayang jelas dalam cermin kalbunya, atau bagaimana ia akan menuju Allah, padahal ia masih terikat oleh belenggu materi

Atau bagaimana ia akan bisa merasakan kehadiran Allah (dalam hidupnya), sedangkan ia belum suci dari kelalaiannya atau bagaimana bisa berharap akan mengerti rahasia yang mendalam (daqa’iqal asror), sedangkan ia belum bertaubat dari kekeliruan-kekeliruannya

Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, pelajaran dari Imam Ibnu Athoillah As-Sakandari dalam kitab Al-Hikam, diantaranya :

Membersihkan hati itu butuh mujahadah, ia adalah pekerjaan rutin tiap hari ibarat kacamata, seringnya dipakai dan dibawa dimana saja akan berpengaruh pada kebeningan lensa dalam melihat

Hati yang bersih itu bukanlah sifat statis layaknya hati yang selalu berbolak-balik, ia harus dipertahankan kejernihannya setiap hari agar dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa

Ujian dan nikmat silih berganti untuk membuat kita makin sadar bahwa pernak-pernik pencapaian dunia, bukanlah destinasi yang cukup baik untuk dijadikan tempat tuju

Mau sampai kapan kita jatuh dari perasaan hampa menjalani hidup ? persaan sempit ? perasaan kehilangan ketenangan ? hanya jatuh dari satu masalah ke masalah yang lainnya ? merasa paling susah menjalani hidup ? bisa jadi bukan karena memang hidup kita seperti itu, tapi karena hati kita bermasalah

Jika hati sempit, teriakan anak bisa jadi acara spektakuler yang bisa merubah mood hari kita, jika hati sempit, gerak-gerik pasangan jadi adu saling curiga dan kesempatan saling menyakiti, jika hati sempit, jalanan macet bisa jadi ladang makian yang tidak henti-hentinya, jika hati sempit, makanan yang terhidang saja tidak akan luput dari kritikan yang lebih pedas dari rasanya

Jika hati sempit, rezeki yang cukup akan terasa kurang, jika hati yang sempit, kesempatan beribadah dan bersyukur tidak akan pernah masuk dalam hitungan karunia, jika hati sempit, senyuman itu adalah sikap mahal yang tidak dijual umum bagi siapa saja

Jika hati sempit, jangankan untuk Allah, untuk sesama saja, penampang hatinya tidak akan cukup menampung kebaikan-kebaikan yang berlimpah, jika hati sempit, semua menjauh, jika hati sempit, semua keberkahan tidak akan mungkin singgah

Adapun bagi hati yang lapang, semua dihadapi dengan tenang, jiwa tidak akan gamang, maka kemudahan dan keberkahan itu akan terhampar dan terbentang luas

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam dan barang siapa yang dikenhendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman (QS. Al-An’am 6 ayat : 125)

Akhirul kalam, Ya Allah limpahkanlah ketaqwaan pada jiwaku dan sucikanlah ia, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik Zat yang menyucikan jiwa, Engkaulah pelindung dan pemeliharanya, Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak tenang dari nafsu yang tidak puas, dan dari perbuatan dosa 

 

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: