Oleh: Rifa Anggyana, S.Pd., M.M. – Ketua Pembina IRMA Jawa Barat
Tahun baru Islam, 1 Muharram 1447 Hijriyah, kembali hadir sebagai pengingat sekaligus momentum bagi umat Islam untuk merenungi arti hijrah dalam kehidupan masa kini. Bagi sebagian orang, tahun baru Islam mungkin berlalu begitu saja. Namun bagi kita yang beriman, 1 Muharram bukan sekadar penanggalan baru, tetapi sebuah panggilan spiritual untuk berbenah, memperbaiki diri, dan menapaki jalan kebaikan dengan semangat yang lebih segar.
Hijrah yang dilakukan Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah bukan hanya perpindahan fisik, tetapi juga simbol perubahan besar menuju tatanan masyarakat yang lebih adil, beradab, dan berkeadilan sosial. Di era modern ini, semangat hijrah tersebut perlu kita maknai secara kontekstual. Hijrah adalah keberanian meninggalkan kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang diridhai Allah. Hijrah adalah tekad untuk membangun peradaban, dimulai dari diri sendiri, keluarga, komunitas, hingga bangsa.
Sebagai Ketua Pembina IRMA Jawa Barat, saya menyaksikan bagaimana generasi muda masjid—remaja-remaja yang dengan istiqamah memakmurkan rumah Allah—terus tumbuh menjadi agen perubahan. Mereka tidak hanya memimpin pengajian dan kegiatan sosial keagamaan, tetapi juga menjadi pelopor kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan, lingkungan, dan keadilan sosial. Ini adalah bentuk hijrah yang nyata: dari pasif menjadi aktif, dari diam menjadi bersuara, dari ego sentris menjadi umat yang peduli.
Tahun ini, saya mengajak seluruh anggota IRMA dan masyarakat luas untuk menjadikan 1 Muharram sebagai momen evaluasi: Sudah sejauh mana kita hijrah dari zona nyaman menuju zona tanggung jawab? Sudahkah kita menyapa tetangga yang kesulitan, menyuarakan kebenaran di tengah hiruk-pikuk media, atau meluangkan waktu untuk Al-Qur’an dan dzikir dalam rutinitas harian kita?
Kita tidak bisa mengubah dunia dalam sehari, tetapi kita bisa memulai dengan mengubah diri hari ini. Mari hijrah dari malas menjadi rajin, dari acuh menjadi peduli, dari apatis menjadi aktif, dari lalai menjadi taat. Mari jadikan 1447 H sebagai tahun keberanian spiritual untuk terus bertumbuh dan memberi manfaat.
Akhirnya, saya mengajak kita semua untuk menjadikan 1 Muharram bukan hanya seremoni, tetapi momentum suci yang kita rayakan dengan tekad baru dan amal nyata. Semoga Allah membimbing setiap langkah hijrah kita menuju ridha-Nya.
Wallahu a’lam bish-shawab.