Oleh : Dzikri. Ashiddiq. Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wata’ala, siapa yang tidak kenal dengan sosok Imam An-Nawawi (w. 676 H), satu diantara dua tokoh yang mampu menyandang gelar Asy-Syaikhain dalam Mazhab Syafi’i. Seseorang yang Allah berkahi karya-karyanya, hingga tersebar dan diterima hingga saat ini.
Bahkan Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolaniy (w. 852 H) sampai menukilkan pujian kaum muslimin di zaman itu kepada Al-Imam An-Nawawi, Ini adalah zamannya Ar-Rafi’i bukan Asy-Syafi’i, dan masanya An-Nawawi bukan lagi An-Nabawi (Ibnu Hajar Al-Asqolaniy, Ad-Durar Al-Kaminah, (IV/327). Dar Al-Ma’arif).
Namun jangan salah, hal luar biasa tersebut tidak datang dalam sekejap mata. Beliaulah sosok yang mampu belajar sebanyak 12 mata kuliah dalam sehari, selama bertahun-tahun lamanya. Knowledge is accumulation mungkin itulah visi hidup yang ingin beliau ajarkan kepada kita.
Namun, diantara kisah paling menakjubkan yang pernah dialami Imam An-Nawawi sebagaimana diceritakan oleh Imam Al-Udfuwi (w. 748 H) adalah kisah berikut ini, Suatu hari, ada seseorang yang datang kepada beliau seraya berkata : Wahai Imam, ada seorang yang ingin mendebatmu terkait salah satu isu fikih pada kitab Al-Wasith.
Lalu beliau menjawab dengan santai, orang itu ingin mendebatku seputar kitab Al-Wasith, tidakkah dia tau bahwa aku telah membacanya sebanyak 400 kali. (Al-Udfuwi, Kamaluddin, Ja’far bin Tsa’lab, Al-Badru As-Safir (II/1089). Markaz Ad-Dirasat wal Abhats wa Ihya At-Turats).
Allahu Akbar. Inilah kitab Al-Wasith karya Hujjatul Islam Al-Ghazali (w. 505 H) yang mampu dibaca oleh Imam An-Nawawi sebanyak 400 kali. ini merupakan teguran keras untuk kita semua, bahwa dalam mencari ilmu itu butuh perjuangan, kesungguhan, dan kesabaran.
Akhirul kalam, semoga kita senantiasa diberikan kesungguhan serta kesabaran dalam mencari ilmu dan semoga ilmu yang kita pelajari menjadi ilmu yang bermanfaat serta berkah bagi diri kita dunia dan akhirat dan bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

