Oleh: Dzikri Ashiddiq
Syukur yaitu sikap positif atas kenikmatan Allah kepada hamba-Nya yang diwujudkan dalam hati dengan pengakuan, dalam ucapan dengan pujian, dan dalam amalan (perbuatan) dengan penyaluran anugerah tersebut untuk kebaikan.
Mengutip buku, Kajian Akhlak dalam Bingkai Aswaja karya Ahmad Hawassy, akhlak terpuji kepada Allah berupa syukur ini sesuai dengan hakikatnya menjadi sempurna apabila tiga aspek berikut tercapai diantaranya:
Yang pertama, mengimani dan mengakui bahwa segala kenikmatan yang didapatkan seorang hamba bersumber dari Allah, tidak menisbatkannya (menyandarkannya) kepada dirinya sendiri atau kepada yang lain selain Allah Swt.
Pembaca yang dirahmati Allah Swt, Qarun (orang kaya pada masa Nabi Musa as) dinilai kufur karena menyandarkan kenikmatan kepada dirinya sendiri, atas hasil jerih payah dan kemampuannya, dan melupakan karunia Allah Swt.
Yang kedua, mengucapkan pujian kepada Allah Swt yang telah menganugerahkan kenikmatan tersebut, mengucapkan hamdalah (al-hamdu lillah) misalnya, atau disertai sujud syukur ketika kenikmatan tersebut berupa sesuatu yang khusus, termasuk dalam hal ini adalah menceritakannya dalam rangka bersyukur, bukan pamer, sombong, dan ingin dipuji.
Dalam sebuah ayat al-Qur’an disebutkan yang artinya : Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS. Ad-Dhuha 93 ayat : 11).
Yang ketiga, kenikmatan tersebut terwujud fungsinya dalam amalan yaitu digunakan untuk hal-hal yang baik, ibadah kepada Allah Swt, menolong sesama, atau untuk mendukung syiar Islam, dan sebaliknya apabila digunakan untuk hal-hal buruk, berarti menggunakan anugerah tidak sesuai dengan keinginan yang memberinya dan ini tentu saja akhlak yang tidak terpuji kepada Allah Swt.
Pembaca yang dirahmati Allah Swt, selain sebagai akhlak yang baik, ibadah ketaatan, syukur juga merupakan sikap penyeimbang kehidupan seorang hamba untuk menjadikan hidupnya baik dan sikap ini berpasangan dengan sikap sabar.
Dalam sebuah hadits, yang diriwayatkan melalui Shuhaib disebutkan : Menakjubkan perkara seorang mukmin itu sesungguhnya segala perkaranya adalah baik, dan tidaklah ini berlaku kecuali kepada seorang mukmin saja, apabila ia mendapatkan nikmat lalu ia bersyukur maka itu menjadi baik baginya, dan apabila ia terkena musibah, lalu ia bersabar, maka itu menjadi baik juga baginya (HR. Muslim, no. 2999).
Akhirul kalam, Ya Rabb, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh. Aamiin…

