Bersyukur Atas Nikmat Apapun

Bersyukur Atas Nikmat Apapun

Oleh: Iman Kostaman, S.Pd.I. (SMAN 1 Plered)

Dalam QS Ibrahim ayat 7 Allah berfirman: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka  sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah SWT berfirman, “Ingatlah tatkala Allah mengumumkan janji-Nya bahwa bila kamu mensyukuri nikmat-Ku, pasti Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-nikmat-Ku itu serta menyembunyikannya, maka sesungguhnya siksa-Ku amatlah pedih” yang termasuk di dalam siksa-Nya yaitu pencabutan segala karunia daripada orang-orang yang kufur sebagai hukuman atas kekufuran yang telah mereka lakukan.

Quraish Shihab dalam kitab tafsirnya juga menjelaskan ayat ini secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka pasti nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih.

Jika demikian, penggalan akhir ayat ini dapat dipahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak menutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang kufur terhadap nikmat Allah, atau melalui bertambahnya nikmat dengan mengulur kedurhakaan kepada-Nya.

Kemudian Hamka pada kitab Tafsir Al-Azhar menambahkan ayat tersebut tentang peringatan Allah kepada Bani Israil setelah mereka dibebaskan dari penindasan Fir’aun. Kebebasan itu merupakan perkara besar dan wajib disyukuri. Dalam bersyukur hendaklah terus berusaha guna mengatasi kesulitan. Demikian Allah menggambarkan keuntungan jika bersyukur dan kerugian jika berbuat kufur. Dalam ayat selanjutnya, Allah Swt berfirman: Artinya: “8. Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Ibrahim [14]: 8)

Tafsir Surah Ibrahim Ayat 8

Hamka (pada kitab Tafsirnya menjelaskan bahwa timbulnya kufur, yaitu rasa tidak puas, rasa tidak mengenal terima kasih, dan menghitung sesuatu dari segi kekurangannya saja, adalah siksa bagi jiwa sendiri. Pelakunya akan memandang bahwa hidup ini suram dan tidak ada yang dapat dikerjakannya. Demikian Nabi Musa berpesan kepada seluruh manusia yang hidupnya serba tidak puas sesungguhnya tidaklah mengurangi kebesaran dan kekayaan Allah.

Shihab (2009): 332) juga menambahkan bahwa ayat tersebut mengisyaratkan tentang keharusan bersyukur dan menghindari diri dari kekufuran. Hal tersebut merupakan sebagian dari peringatan Nabi Musa, namun harus diingat bahwa pelaksanaan perintah itu sama sekali bukan untuk kepentingan Allah. Karena Allah tidak memerlukan siapapun untuk bersyukur kepada-Nya.

Lalu bagaimana menjadi syakir untuk menghilangkan Insecure

Dapat dipahami bahwa perintah syukur ini begitu penting sehingga dalam al-Qur’an Allah memberi penghargaan dengan menambah kembali nikmat yang diberikan. Sementara jika kufur, maka timbal balik yang didapat adalah azab yang pedih.

Jika dihubungkan dengan fenomena insecure yang banyak terjadi pada generasi muda, maka anjuran menjadi syakir ini sangatlah penting. Sebab realita yang ada menunjukkan minimnya kesadaran yang tertanam dalam diri untuk tidak terus-terusan melihat ke atas, namun tidak pernah melihat ke bawah. Marilah kita lihat hadits Nabi Muhammad SAW Artinya, “Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu,” (HR Bukhari  dan Muslim)

Oleh sebab itu jangan abaikan untuk berkunjung ke orang-orang di bawah sebagaimana Rasulullah SAW sering melakukan, karena yang demikian itu akan mendorongmu untuk selalu mensyukuri keadaan. Ketahuilah dengan syukur seperti itu Allah SWT akan menambahkan nikmat-Nya kepadamu. Itu artinya derajatmu akan dinaikkan.

Allah SWT berfirman. Artinya, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, maka akan Aku tambah (nikmat) kepadamu,” (Ibrahim ayat 7).

Ayat di atas menegaskan bahwa syukur memiliki hikmah yang besar, yakni orang-orang yang bersyukur akan senantiasa mendapat anugerah berupa nikmat yang lebih luas dan besar daripada apa yang selama ini telah disyukurinya. Kenikmatan itu bisa berupa material maupun non-material yang diperlukan dalam hidup ini dalam rangka beribadah kepada-Nya. Para pelaku insecure hanya berfokus pada keindahan-keindahan yang dimiliki orang lain, tapi tidak pernah menyadari anugerah Allah yang terdapat pada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, untuk menekan fenomena ini, maka diperlukan penanaman sikap syukur melalui pembiasaan-pembiasaan sehari-hari. Langkah yang bisa diambil misalnya dengan merubah mindset berpikir untuk tidak selalu membandingkan kemampuan diri dengan yang lebih tinggi, melainkan lebih bersyukur karena diberikan kesempatan yang lebih daripada orang lain yang kurang beruntung, berterimakasih atas segala yang diterima merupakan kunci utamanya. Ketika pribadi syakir dapat dijalankan, maka insecure pun juga dapat ditekan. Ada lima pondasi tentang bagaimana kita menjadi pribadi yang bersyukur

  1. Bukti cinta kepada Sang pemberi nikmat (Allah).
  2. Mengaku terhadap semua nikmat yang Allah berikan.
  3. Selalu memuji Allah atas segala nikmat.
  4. Tidak menggunakan nikmat yang Allah berikan kepada sesuatu yang dibenci oleh Allah.
  5. Merendahnya orang yang bersyukur dihadapan yang memberikan nikmat (Allah).

 

 

 

 

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: