Cahaya di Hari Lahir Rasulullah SAW

Cahaya di Hari Lahir Rasulullah SAW

Oleh: Dzikri Ashiddiq

Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam lahir ada sebuah cahaya yang menyinari bumi Syam, yang dilihat oleh Aminah, saat melahirkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam

Syam, kini menjadi dua negeri, dua negeri itu, sedang dilanda peperangan tanpa henti. Dua negeri itu, yaitu Suriah, dan Palestina. Mengapa cahaya itu menerangi negeri Syam ? Imam Ibnu Katsir, dalam kitab Tafsirnya, beliau menjelaskan bahwa di sanalah, agama Islam, akan besar dan berpusat di sana

Hal ini, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa akhir zaman yang akan terjadi. Menariknya, Imam Ibnu Katsir, beliau menjelaskan hal ini sambil membawakan hadits dari Imam Bukhari dan Muslim, bahwa dari sana : Akan ada segolongan dari umatku, yang terus-menerus berjuang membela kebenaran tidak membahayakan mereka, orang yang mencela mereka, dan tidak pula yang menentang mereka, hingga datang ketetapan Allah (hari kiamat) sedangkan mereka tetap dalam keadaan berjuang

Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, kita mengetahui siapa mereka, kita tahu siapa segolongan umat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, yang kini berada di garis terdepan dalam berjuang dan menegakkan kebenaran, dan melawan kebatilan mereka adalah saudara-saudara kita di Palestina

Saat ini saudara-saudara kita di Palestina berjuang dalam menjaga Masjidil Aqsha, berjuang dalam menjaga tempat yang di berkahi bumi Palestina, dan membela darah umat Islam yang ditumpahkan di bumi Palestina

Ketika baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam lahir, ada sebuah cahaya yang menerangi bumi Syam tepatnya yang menerangi tempat yang diberkahi yaitu negeri Palestina yang menjadi isyarat kepada seluruh kaum Muslimin untuk senantiasa bersatu dalam menjaga, membela, mendukung, membantu, perjuangan saudara-saudara kita di Palestina dalam menjaga Masjidil Aqsha yang menjadi kiblat pertama bagi umat Islam

Sumber : Sirah Nabawiyah Ibnu Katsir, terbitan Darul Ma’rifah, Beirut, 1976, halaman 211-212, Tafsir Ibnu Katsir, terbitan Darul Alamiyah, 2012                     

 

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: