Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, disebuah tempat bernama Thusi, wilayah Khurasan saat itu ada seorang pria sederhana dan shaleh yang bekerja sebagai pemintai benang wol dan menjualnya di pasar
Selain sebagai pemintai benang wol ternyata pria ini juga menjalin hubungan baik dengan para Ulama diwilayahnya, ia selalu mengikuti setiap kajian ilmu mereka, melayani mereka, dan memberikan apa yang para ulama butuhkan sesuai kemampuannya
Suatu hari ia mendengar sebuah nasihat dari seorang Ulama yang menggetarkan hatinya, hingga membuatnya menangis dan menghadap pada Allah dengan penuh kerendahan, seraya berdoa Ya Allah anugerahilah hamba anak shaleh yang menjadi ulama dan mencerahkan banyak orang
Kemudian pada tahun 450 H pria ini di anugerahi dua orang putra, yang ia beri nama Abu Hamid dan Ahmad. Namun takdir berkata lain, pria ini meninggal sebelum kedua anaknya mencapai usia baligh, tapi sebelum ia meninggal dunia, kedua anaknya ini telah ia amanahkan kepada seorang Ulama yang juga sahabat dekatnya
Ulama ini pun mendidik Abu Hamid dan Ahmad dengan bersungguh-sungguh sesuai amanah pria yang menjadi sahabatnya itu, namun karena beliau sendiri adalah orang yang tidak mampu secara ekonomi, akhirnya ia memerintahkan Abu Hamid dan Ahmad untuk menimba ilmu ke Madrasah
Abu Hamid dan Ahmad pun mengikuti perintah Ulama tersebut, dan pergi ke Madrasah meninggalkan sang Ibu. Sang Ibu mendoakan kedua anaknya dengan penuh keikhlasan kemudian dua anak itu pun menjadi Ulama, dan Allah takdirkan anak pertamanya Abu Hamid dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali