Hakikat Sabar Dan Pendapat Para Ulama Tentang Kesabaran

Hakikat Sabar Dan Pendapat Para Ulama Tentang Kesabaran

Oleh: Dzikri Ashiddiq

            Pembaca yang dirahmati Allah Swt, hakikat kesabaran adalah suatu akhlak mulia yang dimiliki oleh seseorang yang dengannya dia mampu menahan diri dari perbuatan yang tidak baik dan tidak patut, sabar adalah salah satu kekuatan seseorang yang dengannya pribadi orang itu menjadi baik

Imam al-Junaid Ibn Muhammad pernah ditanya tentang kesabaran, lalu beliau menjawab, sabar itu seperti meneguk minuman pahit tanpa bermuka masam

Dzun Nun berkata, kesabaran adalah menjauhi segala perbuatan menyimpang, dan tabah ketika cobaan datang, serta bersikap seolah berkecukupan di depan orang lain, padahal sebenarnya miskin dan sangat membutuhkan nafkah hidup

Pembaca yang dirahmati Allah Swt, ada pula yang berpendapat bahwa kesabaran adalah menghadapi musibah dengan akhlak yang baik, juga ada yang berpendapat bahwa kesabaran adalah sikap tidak mengeluh saat ditimpa suatu ujian maupun musibah

Abu Utsman ash-Shabbar mengatakan, orang yang sabar adalah orang yang membiasakan dirinya melawan kemalasan dan keengganan

Pembaca yang dirahmati Allah Swt, ada juga yang berpendapat bahwa sabar adalah menghadapi musibah dengan baik, layaknya dalam kondisi selamat sentosa, artinya Allah wajib disembah oleh hamba-hamba-Nya, baik dalam kondisi selamat maupun dalam kondisi tertimpa musibah, maka ia harus menjalani kondisi selamat dengan bersyukur, dan menjalani musibah dengan bersabar

Amr Ibn Utsman al-Makki berkata, kesabaran adalah teguh pendirian berasama Allah dan menyambut cobaan-Nya dengan senang hati dan lapang dada, ini berarti ia menerima musibah itu dengan berlapang dada, tidak sedih, tidak marah, dan tidak pula mengeluh

Al-Khawash mengatakan, kesabaran adalah tetap berpegang kepada hukum-hukum al-Qur’an dan sunah adapun Ruwaim berkata, kesabaran adalah tidak mengeluh dan selalu bergembira, dan pendapat lain menyatakan bahwa kesabaran adalah memohon pertolongan Allah Swt

Abu  Ali ad-Daqqaq mengatakan, batasan kesabaran adalah tidak menyalahkan takdir, adapun menampakkan musibah yang sedang menimpanya, selama tidak mengeluh, tidaklah menafikan kesabaran, sebagaimana dalam kisah Nabi Ayyub a.s Allah Swt berfirman : Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar (QS. Shad 38 ayat : 44) padahal dalam ayat lain, Nabi Ayyub a.s terang-terangan berkata : (Ya Tuhanku) sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit (QS. Al-Anbiya 21 ayat 83)

Mengutip buku Uddatush Shabirin (Bekal Untuk Orang-Orang Yang Sabar) karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah, perihal perkataan Abu Ali, tidak mengeluh tadi, harus dipahami bahwa ada dua macam keluhan :

Yang pertama, mengadu kepada Allah Swt, keluhan seperti ini tidak menafikan kesabaran, sebagaimana Nabi Ya’qub a.s berkata kepada Allah Swt, Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku (QS. Yusuf 12 ayat : 86)

Demikian juga dengan firman Allah Swt : maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku) (QS. Yusuf 12 ayat : 18), dan Nabi Ayyub a.s juga berkata : (ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit (QS. Al-Anbiya 21 ayat : 83)

Kendati demikian, Allah Swt tetap menilainya sebagai orang yang sabar, bahkan pemimpin orang-orang yang sabar, dan Nabi Muhammad Saw berdoa, Ya Allah, kepada-Mu kuadukan lemahnya kekuatan diriku (HR. Bukhari no. 1469 dan Muslim dalam az-Zakah hadits no. 124) 

Serta Nabi Musa a.s juga berdoa : Ya Allah, segala puji bagi-Mu, dan kepada-Mu-lah orang mengadu, Engkaulah tempat meminta pertolongan, dan pada-Mu terdapat pertolongan, serta pada-Mu aku bertawakal, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan seizing-Mu

            Yang kedua, keluh kesah berupa tindakan dan kata-kata orang yang diberi cobaan, keluhan seperti ini tidak mengandung unsur kesabaran, melainkan berlawanan dengannya, jadi ada perbedaan mencolok antara mengeluh dan mengadu

Pembaca yang dirahmati Allah Swt, kesabaran dan kegelisahan adalah dua hal yang bertentangan, dan keduanya saling berlawanan, Allah Swt berfirman tentang penghuni neraka : sama saja bagi kita apakah kita gelisah ataukah bersabar, sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri (QS. Ibrahim 14 ayat : 21)

            Kegelisahan adalah kawan kelemahan sekaligus saudara kandungnya, sedangkan kesabaran adalah kawan kecerdasan sekaligus unsur utamanya, bila kegelisahan ditanya, siapa bapakmu ? niscaya dia menjawab kelemahan, dan bila kecerdasan ditanya, siapa bapakmu ? niscaya dia menjawab kesabaran

Jiwa laksana hewan tunggangan hamba yang dia kendarai untuk menuju surga atau neraka, sementara kesabaran ibarat tali kekangnya apabila hewan tunggangan itu tidak diberi tali kekang, tentulah dia akan lari ke mana pun ia mau

Dalam khotbahnya, al-Hajjaj mengatakan, tundukanlah hawa-hawa nafsu kalian karena ia cenderung kepada segala keburukan, karena itulah, Allah Swt menyanyangi orang yang mengingkat hawa nafsunya dengan tali kekang (kesabaran), lalu menggiringnya dengan tali itu menuju ketaatan pada Allah Swt dan memalingkannya dari kemaksiatan terhadap Allah Swt, sebab, bersabar dari melakukan hal yang diharamkan oleh Allah jauh lebih mudah dari pada bersabar menahan azab-Nya

            Pembaca yang dirahmati Allah Swt, jiwa mengandung dua kekuatan, yaitu kekuatan untuk melakukan sesuatu dan kekuatan untuk tidak melakukan sesuatu, maka hakikat sabar adalah menyalurkan kekuatan jiwa kita untuk melakukan hal yang bermanfaat dan menahan diri untuk tidak melakukan segala hal yang merugikan bagi jiwa kita dunia dan akhirat

Ada manusia yang kesabaran dan keteguhannya untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat baginya lebih kuat dari pada kesabarannya menahan diri untuk tidak melakukan hal yang merugikannya, sehingga ia bisa bersabar menahan beratnya taat beribadah pada Allah, namun tidak bisa bersabar menolak ajakan hawa nafsunya untuk melakukan hal yang dilarang

Sebaliknya, ada pula manusia yang kesabarannya untuk tidak melanggar hukum Allah Swt lebih kuat dari pada kesabarannya untuk menahan beratnya taat beribadah pada Allah Swt, di antara manusia juga ada yang tidak memiliki kesabaran dalam kedua-duanya

Manusia terbaik adalah orang yang paling sabar dalam menahan beratnya taat beribadah pada Allah Swt dan paling sabar dalam menjauhi larangan Allah Swt

Banyak manusia mampu bersabar menahan rasa letih mendirikan shalat malam, baik di musim panas maupun di musim dingin, juga dalam berpuasa, namun tidak bisa bersabar untuk tidak melihat hal yang diharamkan oleh Allah Swt, sebaliknya, tidak sedikit manusia bisa bersabar untuk tidak melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt, namun tidak bisa bersabar dalam melakukan amar makruf nahi mungkar serta berperang melawan orang-orang kafir dan munafik, bahkan, mereka termasuk orang yang paling lemah dalam hal ini

Kebanyakan manusia tidak memiliki kesabaran pada salah satu dari kedua hal tersebut, dan sedikit sekali yang bisa bersabar dalam kedua hal tersebut

Akhirul kalam, kesabaran adalah keteguhan dorongan akal dan agama untuk melawan dorongan hawa nafsu, artinya watak manusia cenderung kepada apa yang ia sukai, sedangkan dorongan akal dan agama mencegahnya dari hal itu, dimana peperangan senantiasa terjadi antara keduanya, dan medan pertempurannya adalah hati, kesabaran, keberanian, dan ketetapan hati dalam ketaatan dan kebaikan seorang hamba itulah kunci kesabaran untuk meraih kemenangan hakiki dunia dan akhirat

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: