Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang dihadap oleh para sahabat sejenak beliau menunduk dengan wajah khawatir lagi berduka namun tidak lama setelah itu, beliau tersenyum
Sebagian sahabat pun mempertanyakan perubahan ekspresi dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Telah diperlihatkan padaku dua orang dari kalangan umatku yang bersengketa di hadapan Allah satu diantara mereka berkata, Yaa Rabbi, tegakkan keadilan di antara kami dahulu di dunia, saudaraku ini berlaku zhalim dan keji
Orang yang tergugat itu tertunduk malu, menangiskan segala sesal dan takut kemudian Allah memanggil sang penuntut dengan lembut dan berfirman kepadanya, Wahai hamba-Ku, angkatlah kepalamu maka sang penggugat menengadakan wajah, lalu terperangah tatapan matanya tertuju pada sebuah istana yang begitu indah dia takjub terpesona
Istana itu terbuat dari permata dan marjan, dibingkai oleh emas, dihiasi mutiara beruntaian istana itu berada di tengah taman yang hijau berkilau dengan gemericik sungai yang mengalir di antaranya ia pun bertanya, Duhai Rabbi milik Nabi siapakah istana ini ? kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjawab, tidak harus seorang Nabi yang berhak atasnya atau milik orang shiddiq yang manakah istana ini, Ya Rabbi ? kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjawab, tidak harus seorang shiddiq yang berhak atasnya jika demikian, bagi siapakah istana ini, Wahai Rabbi ? kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, Istana ini akan menjadi milik siapa pun yang mampu membanyar harganya
Kemudian penggugat itu terbelalak, lalu ia bertanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berapakah harganya ? Ya Rabbi dengan apakah orang yang menginginkan akan menebusnya ? dan siapakah yang beruntung bisa memilikinya ? kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, Adalah dirimu mampu membayar harganya jika engkau memaafkan saudaramu itu, niscaya istana ini akan menjadi milikmu
Maka seketika hamba itu bergembira penuh dengan rasa kebahagiaan dan rasa syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan menyatakan telah memaafkan saudaranya begitulah cara Allah mendamaikan kedua hambanya dan pada hamba yang memaafkan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan istana keampunan di surga sedangkan bagi hamba yang dimaafkan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan sebuah istana di hadapan istana hamba penggugatnya
Sumber : Lapis-Lapis Keberkahan, karya Ustadz Salim A.Fillah
 
											 
											