Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dr. Hepi Andi Bastoni MPd.I menerangkan, Rafah memiliki sejarah panjang sebagai kota perlintasan. Rafah diperkirakan telah dihuni selama lebih dari 3.000 tahun, dengan namanya muncul dalam prasasti Mesir kuno yang berasal dari abad ke 13 sebelum Masehi
Kota ini bermula dari pemukiman yang muncul di sekitar sebuah oasis yang menghubungkan Semenanjung Sinai dengan Gaza. Kota ini disebut sebagai Robihwa oleh orang Mesir kuno, Raphia oleh orang Yunani dan Romawi, Rafiah oleh orang Israel, dan Rafah oleh orang Arab
Rafah merupakan lokasi pertempuran Raphia pada 217 SM, salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah kuno, yang melibatkan sekitar 50.000 pejuang dan hampir 200 ekor gajah dimana konflik antara kerajaan Ptolemeus dan kekaisaran Seleukus terjadi di wilayah Coele Suriah, yang merupakan bagian dari Suriah dan Lebanon modern
Rafah kemudian dikuasai secara singkat oleh kerajaan Hasmonean, setelah ditaklukan oleh raja Yahudi Helenistik, Yannai Alexander kemudian kota ini jatuh ke tangan Romawi selama sekitar tujuh abad, pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, dikomandani oleh Amr bin Ash, kota Rafah jatuh dalam pangkuan Islam dari cengkeraman Romawi hal ini juga menjadi pintu masuk cahaya Islam yang terus menyinari wilayah Mesir
Selanjutnya, Rafah berada dalam naungan teduh dinasti-dinasti Islam setelah berakhirnya era al-Khulafaur Rasyidin dari dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus, berlanjut Bani Abbasiyah dan beberapa dinasti seperti al-Ayyubiyah hingga Turki Utsmani
Selama berabad-abad dalam naungan damai cahaya Islam, Rafah dikenal sebagai tempat peristirahatan bagi para pedagang yang melakukan perjalanan dan kota ini memiliki hotel, toko, pasar, dan tempat ibadah yang nyaman
Petaka itu mulai muncul, saat tentara sekutu pimpinan Inggris memenangkan Perang Dunia I. kota Rafah yang semula berada dalam naungan Dinasti Utsmani, jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1917
Bersamaan dengan itu juga otoritas Inggris memberikan mandate kepada Israel untuk mencengkeramkan jajahannya di wilayah Palestina melalui Deklarasi Balfour (2 November 1917)
Pemerintah Inggris mendukung sepenuhnya pendirian rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina. Inilah awal penjajahan itu seiring dengan waktu, dengan dukungan Inggris dan Amerika, sejengkal demi sejengkal bumi Palestina dirampas paksa oleh Zionis Israel
Selain sebagai tempat pengungsian, Rafah juga menjadi perlintasan dari Mesir menuju Gaza karena itu, kondisi Rafah ini sangat bergantung kepada kebijakan Pemerintahan Mesir buka dan tutupnya blockade perbatasan ditentukan oleh siapa yang berkuasa
Saat Mursi terpilih sebagai Presiden Mesir, perbatasan Rafah ini sempat dibuka sehingga warga Gaza sejenak bisa bernafas lega namun setelah Presiden Mursi digulingkan maka Rafah kembali ditutup
Saat Zionis membombardir Gaza, warga kota itu segera mengungsi ke Rafah dan, tanpa perikemanusiaan sama sekali, Zionis kembali ingin meluluhlantakkan Rafah bersama para pengungsi di dalamnya dan, dunia pun bungkam
Sumber : Pusat Kajian Sirah

