Oleh: Rifa Anggyana, S.Pd., M.M. (Ketua Pembina IRMA Provinsi Jawa Barat)
Musibah yang terjadi di Sumatera dan wilayah sekitarnya kembali mengingatkan saya bahwa manusia sesungguhnya berada dalam lingkaran ujian yang tidak pernah putus. Setiap guncangan bumi, setiap banjir dan longsor, bukan sekadar fenomena alam. Ia adalah tanda agar kita kembali menyadari siapa yang benar-benar berkuasa atas kehidupan ini.
Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an:
“Dan sungguh akan Kami uji kalian dengan sedikit rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini selalu membuat saya merenung. Ujian bukanlah bentuk murka, tetapi bagian dari kasih sayang Allah agar manusia kembali menguatkan iman, memperbaiki diri, dan menumbuhkan kepedulian sosial.
Sebagai Ketua Pembina IRMA Provinsi Jawa Barat, saya melihat betapa besarnya peran generasi muda ketika empati mereka tersentuh. IRMA adalah ruang dakwah yang bukan hanya berbicara soal kajian, tetapi juga implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan. Ketika anak-anak muda bergerak menggalang donasi, membuka relawan, atau sekadar menyuarakan doa, itu menunjukkan bahwa kepedulian adalah bagian dari akhlak yang hidup dalam diri mereka.
Saya juga selalu ingat pada sabda Rasulullah ﷺ:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh;
jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakit dengan berjaga dan demam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa musibah yang menimpa Sumatera bukan hanya urusan wilayah tersebut—tetapi urusan kita semua sebagai bagian dari umat. Jika satu daerah menangis, satu bangsa merasakannya. Inilah esensi ukhuwah yang harus terus kita hidupkan.
Ujian ini sejatinya bukan hanya untuk korban bencana, tetapi bagi setiap orang yang mendengarnya. Kita diuji: apakah kita memilih tinggal diam, atau mengambil peran dalam meringankan beban?
Allah pun berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan.”
(QS. Al-Māidah: 2)
Ayat ini menegaskan bahwa membantu korban bencana bukan sekadar aksi sosial, tetapi bentuk ibadah.
Dalam setiap peristiwa, saya percaya selalu ada cahaya. Cahaya itu muncul dari tangan-tangan yang terulur ikhlas, dari langkah kecil yang dilakukan dengan niat baik, dan dari doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang peduli. Pertolongan Allah selalu dekat, dan sering kali hadir melalui manusia yang hatinya lembut terhadap penderitaan sesama.
Sumatera saat ini sedang diuji. Namun, yang sedang diuji sebenarnya adalah hati kita semua. Apakah kita siap menjadi bagian dari solusi? Apakah kita siap menghadirkan harapan?
Saya percaya, selama nilai kepedulian itu dijaga, harapan tidak akan pernah hilang.


