Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, setinggi apa hati seseorang memuliakan Allah saat ia mengerjakan shalat, setinggi itulah ia mencapai kekhusyukan di hadapan Allah sebaliknya, serendah apa hati seseorang memuliakan Allah saat ia mengerjakan shalat, serendah itulah tingkat kekhusyukannya di hadapan Allah
Cobalah perhatikan hal ini : hati akan semakin memuliakan Allah apabila ia memuliakan apa yang Allah muliakan dan menistakan apa yang Allah nistakan apabila hati memuliakan Allah, ia tidak mungkin memuliakan dunia keduanya bertolak belakang, ia tidak mungkin menyatu dalam satu hati setinggi apa hati memuliakan Allah, serendah itulah ia memuliakan dunia sebaliknya, setinggi apa hati memuliakan dunia, serendah itulah ia memuliakan Allah keduanya tidak akan bersesuaian, selamanya
Demikian juga halnya dengan memuliakan segala yang Allah muliakan, seperti Ka’bah, Tanah Haram, tempat-tempat suci, hari-hari suci, para Nabi, para Rasul, para Malaikat, para Imam, dan orang-orang sholeh dengan mencintai dan memuliakan semua itu karena Allah akan membuat hati lebih memuliakan Allah
Begitu pula dengan istiqamah dalam membaca al-Qur’an dan merenungkannya, serta memikirkan makhluk Allah yang diciptakan dengan begitu jeli dan amat cermat semua ini juga akan membuat hati tidak henti-henti memuliakan Allah
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, jangan lupa, pada tahap persiapan sebelum mengerjakan shalat berwudhulah dengan baik, dan hadirkan hati bersama Allah salah seorang ulama mengatakan, biasanya, orang yang lupa kepada Allah pada saat berwudhu akan lupa juga kepada Allah pada saat mengerjakan shalat sebaliknya, orang yang hatinya hadir bersama Allah pada saat berwudhu, akan hadir pula hatinya bersama Allah pada saat mengerjakan shalat
Pada mulanya, khusyuk dalam shalat harus dipaksakan. Lambat-laun, khusyuk itu akan menyatu dengan shalat itu, tidak terpisahkan
Sumber : Kitab Ma’alim Al-Suluk Li Al-Mar’ah Al-Muslimah, karya Al-Habib Ali-Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri
