Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan potensi nafsu yang dimiliki, manusia cenderung terjebak dalam berbagai aib dan sifat tercela jika ini terjadi, maka rusakhlah amalnya maksudnya, nilai pahalanya tidak sempurna dan pengaruhnya terhadap hati jadi kering bahkan, bisa jadi menghapus amal itu sendiri, sehingga tidak ada yang diperoleh selain rasa letih dan capek
Mengenai hal ini, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Banyak orang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan letih dalam riwayat lain, selain rasa capek dan dahaga kenapa begitu ? karena ia tidak memperhatikan keselamatan amal, tidak ikhlas karena Allah dan jika sifat-sifat tercela dibiarkan menguasai nafsu dan tidak dibersihkan, maka amal manusia menjadi sia-sia dan tidak diterima dan ia tidak bisa mendapatkan pengaruh apa-apa dari amal ibadah yang telah ia kerjakan
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala, hal pertama yang harus dilakukan seorang salik dalam perjalanannya menuju Allah adalah mengerjakan amal saleh, kemudian mengecek kesempurnaannya, sehingga tidak ternoda hal-hal yang menyebabkan amal itu ditolak oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Selanjutnya, ia harus merasa cemas bahwa amalnya tidak diterima Allah karena itu, tidak mengherankan jika generasi salaf jauh lebih memperhatikan cara agar amalnya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari pada sibuk mengerjakan dan mencermati amal itu sendiri menurut mereka, perhatian terhadap dua masalah terakhir hanyalah cabang dari perhatian mereka terhadap masalah pertama, yaitu cara agar amal mereka diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Karena, dengan memperhatikan hal ini secara tidak langsung mereka dituntut untuk mengerjakan dan mencermati kesempurnaan amal tersebut sehingga berpeluang diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala kalau amal itu diterima, maka hati kita akan bercahaya, dan jiwa kita pun menjadi bersih
Sungguh beruntung siapa yang menyucikannya (jiwa) maksudnya, orang itu berusaha keras membersihkannya, kemudian Allah mengabulkannya sebagai buahnya, Allah menyucikan jiwa orang itu
Akhirul kalam, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberi kita taufiq sehingga kita bisa digolongkan dengan orang-orang sholeh. Aamiin
Sumber : Kitab Ma’alim Al-Suluk Li-Al-Mar’ah Al-Muslimah karya, Al-Habib Ali-Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri