Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Swt, dalam buku Belajar Ikhlas, karya, Al-Harits Al-Muhasibi diterangkan, semua ulama sepakat bahwa merenungkan perbuatan yang sudah dan akan dilakukan adalah wajib
Nabi Muhammad Saw bersabda : Orang cerdas adalah orang yang merendahkan nafsu dan berbuat untuk kehidupan sesudah mati, sedangkan orang bodoh adalah orang yang memperturutkan hawa nafsu dan berangan-angan saja tentang Allah Swt (HR. Ahmad dalam al-Musnad, IV, hlm. 124, al-Tirmidzi, 2461)
Merenungkan perbuatan yang sudah dilakukan bisa dilakukan dengan mengamati ketakwaan qalbu dan anggota tubuh, cermatilah setiap anggota tubuh berikut perbuatannya, jika semua perbuatan lahiriah terjaga dan terhindar dari unsur-unsur negatif, dengan kata lain : semua syarat, rukun, dan waktunya dipenuhi dengan kebaikan, maka bersyukurlah kepada Allah Swt, sebab itu pada hakikatnya adalah nikmat yang dianugerahkan-Nya
Yang terbaik adalah mengevaluasi diri setiap malam, kalau menemukan cacat pada perbuatan pada siang hari, segeralah bertobat dan beristighfar, inilah yang dilakukan Khalifah Umar Ibn Khaththab r.a, sepanjang hidupnya, bergegaslah meminta maaf kepada orang yang dizalimi sebisa mungkin, kalau tidak bisa, bertekadlah untuk memperbaikinya ketika bertemu lagi dengan orang yang terzalimi
Adapun merenungkan perbuatan yang akan dilakukan adalah dengan mengamati perbuatan itu sendiri, kalau perbuatan itu buruk, maka hindari dan buanglah jauh-jauh dari pikiran, jika hawa nafsu mendesak untuk melakukan perbuatan buruk itu, maka lawanlah dan tentanglah sekuat tenaga, bila hawa nafsu tidak terbendung, berusahalah agar anggota tubuh tidak melakukan perbuatan buruk itu dan segeralah beristighfar
Bila nafsu angkara tidak tertahan hingga anggota tubuh tidak sanggup menolak bisikannya lalu melakukan perbuatan buruk, maka segeralah bertobat dan menyesali kelalaian dalam menaati Allah Swt, setelah itu, kuatkanlah tekad untuk tidak mengulangi perbuatan itu di masa mendatang, hindarilah perkara dosa yang menggiringmu kepada perbuatan itu
Apabila jiwa tidak bisa menolak desakan nafsu, ingatlah pahala Allah Swt, yang terlewatkan selama melakukan perbuatan maksiat itu dan ingat juga azab Allah Swt, akibat perbuatan dosa itu
Akhirul kalam, demikianlah seterusnya hingga rasa takut menyelusup dalam qalbu dan menggerakannya untuk bertobat dan beristighfar dari dosa

