Oleh: Rifa Anggyana, S.Pd., M.M. (Ketua Pembina IRMA Provinsi Jawa Barat)
Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan — hari yang mengingatkan kita pada perjuangan, pengorbanan, dan semangat juang para pendahulu yang rela meneteskan darah demi kemerdekaan. Namun, bagi kita sebagai generasi muda beriman, makna kepahlawanan tidak berhenti pada kisah masa lalu. Ia adalah nilai yang harus terus hidup dan menjiwai setiap langkah kita dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pandangan Islam, menjadi pahlawan bukan hanya tentang angkat senjata di medan perang, tetapi juga tentang keteguhan iman, keikhlasan dalam beramal, dan keberanian menegakkan kebenaran. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa keteladanan sejati lahir dari ketakwaan. Para pahlawan bangsa terdahulu bukan hanya berjuang untuk kemerdekaan fisik, tetapi juga untuk menjaga martabat, nilai-nilai kemanusiaan, dan keadilan yang sejalan dengan ajaran agama.
Sebagai pelajar dan kader IRMA, kita memiliki tanggung jawab moral untuk melanjutkan perjuangan mereka — bukan dengan senjata, tetapi dengan ilmu, akhlak, dan pengabdian. Di era modern ini, musuh kita bukan lagi penjajah berseragam, melainkan kebodohan, kemalasan, serta pudarnya nilai spiritual dan kepedulian sosial.
Mari kita jadikan semangat kepahlawanan sebagai pendorong untuk terus berjuang di jalan kebaikan: menebar manfaat bagi sesama, memperkuat ukhuwah, dan menjaga semangat keislaman di tengah kemajuan zaman. Peringatan Hari Pahlawan hendaknya menjadi momentum untuk bertanya pada diri sendiri: “Apakah aku sudah menjadi pahlawan, setidaknya bagi diriku dan lingkunganku?”
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Tetapi bangsa yang beriman adalah bangsa yang tidak hanya mengenang, melainkan meneladani semangat juang mereka dalam kehidupan yang berlandaskan iman dan takwa.

