Semangat Santri untuk Negeri: Meneladani Jiwa Keikhlasan dan Pengabdian

Semangat Santri untuk Negeri: Meneladani Jiwa Keikhlasan dan Pengabdian

Oleh: Rifa Anggyana, S.Pd., M.M. (Ketua Pembina IRMA Provinsi Jawa Barat)

Setiap tanggal 22 Oktober, bangsa Indonesia memperingati Hari Santri Nasional  sebuah momentum istimewa untuk mengenang perjuangan para santri dan ulama dalam merebut serta mempertahankan kemerdekaan bangsa. Hari ini bukan sekadar perayaan seremonial, tetapi juga refleksi mendalam akan peran santri sebagai penjaga nilai, moral, dan identitas keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.

Santri adalah sosok yang lahir dari semangat keikhlasan dan pengabdian. Mereka tidak hanya menuntut ilmu agama di pesantren, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai luhur Islam dalam kehidupan sehari-hari: disiplin, tawadhu’, cinta tanah air, dan kerja keras. Dalam diri santri, terdapat keseimbangan antara ilmu dunia dan akhirat, antara dzikir dan pikir, antara ibadah dan kontribusi sosial.

Di tengah arus modernisasi dan derasnya tantangan global, santri masa kini harus menjadi garda terdepan dalam menjaga moral bangsa dan menebarkan nilai-nilai Islam yang damai. Mereka dituntut adaptif terhadap perkembangan zaman  menguasai teknologi, berpikir kritis, dan tetap berpegang pada akhlakul karimah.

Sebagaimana para ulama dan santri dahulu berjuang dengan semangat jihad melawan penjajahan, santri modern berjuang melawan kebodohan, kemalasan, dan krisis moral dengan senjata ilmu dan akhlak. Tantangan boleh berubah, tetapi semangatnya tetap sama: menegakkan kebenaran dan kemaslahatan umat.

Sebagai bagian dari keluarga besar Ikatan Remaja Masjid (IRMA) Jawa Barat, saya mengajak seluruh kader dan pembina remaja masjid untuk menjadikan Hari Santri sebagai momentum memperkuat peran kita di tengah masyarakat. Jadilah santri zaman kini yang cerdas secara intelektual, matang secara spiritual, dan tangguh secara sosial.

Mari kita lanjutkan estafet perjuangan para ulama dengan cara yang sesuai zaman, namun tetap berakar pada nilai-nilai keislaman. Jadilah santri yang tidak hanya pandai mengaji, tetapi juga mampu mengabdi dan menginspirasi.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: