TADABBUR SEJARAH : ANTARA SUDAN, SHALAHUDDIN DAN MAKNA PENEMPAAN BAGI UMAT ISLAM

TADABBUR SEJARAH : ANTARA SUDAN, SHALAHUDDIN DAN MAKNA PENEMPAAN BAGI UMAT ISLAM

Oleh : Dzikri. Ashiddiq. Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wata’ala, kau pasti sering mendengar tentang Amr bin Ash, kan ? Beliau, sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang istimewa itu adalah salah satu yang paling aku kagumi.

Beliau piawai membangkitkan semangat pasukan dengan orasi. Imannya pun menyala, dibanggakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam hingga Khalifah Umar sampai Umar pernah berkata, kita telah melemparkan Artabanos-nya Romawi dengan Artabanos-nya Arab. Artabanos, adalah gelar atau julukan untuk seorang panglima besar dan ahli strategi militer dalam bahasa Yunani. Dan bagi Umar, Amru bin Ash adalah seorang artabanos.

Namun, sekelas Amr bin Ash, ternyata belum Allah takdirkan untuk bisa mengalahkan orang-orang Sudan. Mesir masuk dalam naungan Islam lewat gerak strategi Amr, namun Sudan begitu rumit. Itu dia, itu dia yang membuatku selalu antusias mempelajari sejarah bangsa Sudan dan kawasannya.

Sudan, yang di utaranya berbatasan langsung dengan Mesir dan begitu dekat dengan Laut Merah, ternyata proses mereka masuk Islam cukup panjang. Mereka adalah petarung tangguh, Sejarawan mengabadikan mereka dalam sebuah kalimat, ramyuhum la yukhti’u, tembakan panah mereka nyaris tidak pernah meleset.

Sejarawan besar Al-Baladzuri mengabadikan bagaimana orang-orang Nubia (Sudan Utara) menghadapi Kaum Muslimin saat itu (abad 7) dimana saat itu Kaum Muslimin berhadapan dengan pertempuran sengit di Nubia. Orang-orang Nubia memahami mereka dengan begitu hebat hingga sebagian besar pasukan Muslim terluka, dan banyak orang kehilangan mata mereka. Karena itu orang-orang Nubia dijuluki Ramaah al-hadaq (para pemanah bola mata).

Tercatat dua kali Allah menempa ketangguhan Umat Islam dengan Sudan. Dua ekspedisi besar-besaran Kaum muslimin untuk menembus ke sana. Bangsa Afrika asli yang gagah perkasa itu. Namun kau tahu ? pada akhirnya, bukan kemenangan militer yang terjadi, tapi perjanjian Baqt (652 M), salah satu perjanjian diplomatik antara kaum Muslimin dan bangsa Nubia (nenek moyang Sudan Utara) terlama dalam sejarah Islam-Afrika, berlangsung lebih dari 600 tahun. Dan di masa itulah, justru Sudan masuk Islam perlahan-lahan.

Shalahuddin Al-Ayyubi pun ketika membebaskan Mesir, masih Allah didik untuk berurusan dengan Sudan. Salah satu kelelahan terbesar bagi Shalahuddin adalah menghadapi 50 ribu tentara Sudan yang tidak menginginkannya duduk di kursi pemimpin Mesir. Butuh waktu tidak sebentar hingga tentara-tentara Sudan ini akhirnya pulang ke negerinya.

Sebagiannya memilih loyal pada Shalahuddin dan ikut membebaskan Baitul Maqdis. Kata Syaikh Yusuf Sayyid, Sudan menjadi ujian berat yang Allah berikan pada Shalahuddin agar ia lebih kuat lagi di masa-masa mendatang. Namun tahukah kamu ? Kelak Sudan justru menjadi salah satu kekuatan besar yang membersamai Kaum Muslimin melawan imperialisme Eropa.

Meski medannya keras, penduduknya tangguh, tapi cinta mereka pada Islam begitu tinggi. Sahabat-sahabat kami yang berkuliah di Sudan pun merasakan kelembutan hati warga Sudan yang mulia. Syaikh Raghib Sirjani mengatakan, Sudan justru melahirkan gerakan jihad anti kolonial paling kuat di dunia Islam pada abad ke-19. Sudan merdeka dari imperialisme pada 1 Januari 1956. Mereka mewarisi geografi penting dan sumber daya yang kaya raya sebenarnya.

Kini Sudan sedang tidak baik-baik saja. Ia terbelah antara militer dan organisasi paramiliter pasca kudeta. Sedihnya, dua-duanya didukung oleh zionis internasional, dibuat saling pukul, saling menghancurkan, menyebabkan negeri muslim berpotensi besar itu hancur luluh lantak.

Sampai kini, tercatat kemungkinan korban tewas mencapai 150000 jiwa, dengan lebih dari 12 juta pengungsi internal dan eksternal. Mata kita sangat jelas harus tertuju pada Sudan, dan pada negeri-negeri muslim lainnya yang terzalimi.

Sudan, telah menempa Amru bin Ash. Sudan, telah menempa Shalahuddin Al-Ayyubi. Sudan telah menempa kyai-kyai dan Ustadz kita yang mendidik kita tentang sabar dan tangguh di Indonesia. Dan kini, Sudan lagi-lagi menempa umat ini untuk peduli : apakah kita masih menganggap bahwa umat Islam seperti satu tubuh ?

Ataukah kita sudah ikut terpecah hanya karena tunduk pada garis-garis imajiner yang digambar imperialisme di atas tanah kita ? Ya. Mari lulus dari ujian kali ini. Ghaza (Palestina) sampai Sudan. Uighur sampai Rohingya. Dan Aceh sampai Papua-Nya.

Sumber : Inspirasi dari pembebas Al-Aqsha 800 tahun lalu untuk calon pembebas Al-Aqsha di masa depan, Al-Bidayah wa An-Nihayah, Al-Hafizh Ibnu Katsir, Futuh Al-Buldan, Al-Baladzuri, Silsilah Ath-Thariq Ila Baitil Maqdis, Syaikh Ahmad Yusuf As-Sayyid, Al-Jazeera Arabiyyah.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: