Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah SWT, ketika ayah Imam Asy-Syafi’I wafat maka ibunyalah yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga kemudian Muhammad bin Idris asy-Syafi’i menjadi seorang imam besar,
Ibunya membawa Imam asy-Syafi’i kecil hijrah dari Gaza menuju Mekkah di kota Mekah, Imam asy-Syafi’I mempelajari Al-Qur’an dan berhasil menghafalkannya saat berusia 7 tahun kemudian ibunda Imam asy-Syafi’i mengirim anaknya ke pedesaan yang bahasa arabnya masih murni sehingga bahasa Imam asy-Syafi’i sangat fasih, tertata dan baik
Dengan taufik dari Allah SWT, menjadikan kecerdasan dan kedalaman pemahaman ilmu Imam asy-Syafi’i saat luar biasa bahkan saat beliau baru berusia 15 tahun Imam asy-Syafi’i sudah mendapat ijin dari gurunya Imam Malik untuk berfatwa hal ini tentu tidak terlepas dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang shalihah, cerdas dan memahami ilmu agama
Setelah Imam asy-Syafi’i kecil menyempurnakan hafalan al-Qur’an kemudian Imam asy-Syafi’i kecil masuk ke masjid untuk mengikuti majelis ilmu para ulama dan selanjutnya Imam asy-Syafi’i kecil menghafal setiap ilmu yang di sampaikan para ulama saat Imam asy-Syafi’i kecil mengikuti majelis ilmu ada hal yang berbeda dari anak-anak yang lain dimana kondisi ekonomi Imam asy-Syafi’i saat itu sedang berkekurangan sehingga tidak mampu membeli alat tulis maka Imam asy-Syafi’i kecil menjadikan telapak tangannya sebagai tempat menuliskan setiap ilmu yang dipelajari
Walaupun memiliki keterbatasan materi Imam asy-Syafi’i kecil tidak pernah berkecil hati dan tidak pernah berputus asa untuk terus mencari ilmu bahkan dalam keterbatasan materi Ibunda Imam asy-Syafi’i tetap memberi perhatian luar biasa terhadap pendidikan anaknya
Semoga kisah teladan Ibunda Imam asy-Syafi’i menjadi pengingat dan penyemangat bagi setiap orang tua untuk senantiasa memberikan kebaikan bagi anak-anaknya terutama dalam hal pendidikan
