Oleh: Encep Hasby Fajrullah (Pembina IRMA SMA Mutiara Terpadu Palabuhanratu)
Assalamu’alaikum wr. wb.
Puasa adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan oleh agama. Puasa memiliki manfaat yang luar biasa bagi kesehatan mental dan fisik. Namun, banyak orang menganggap bahwa berpuasa dapat menghalangi kemampuan mereka untuk tetap produktif. Selama Ramadan atau puasa, banyak orang mengalami kesulitan untuk tetap produktif.
Kita juga melihat ada yang kontras ketika Ramadhan tiba. Masjid-masjid di saat dulu penuh. Bukan untuk beribadah membaca al-Quran, tetapi banyak umat Islam yang berleha-leha, tidur-tiduran menghabiskan waktu siang mereka.
Produktivitas kerja menurun. Nuansa bermalas-malasan. Seakan-akan puasa menjadi legitimasi sebagian dari kita untuk bermalas-malasan dan mengurangi aktivitas sepanjang menjalankan ibadah puasa. Pengurangan aktivitas itu tentu saja berujung pada berkurangnya kreativitas. Jika demikian terjadi maka sungguh disayangkan.
Seharusnya, Ramadhan menjadi momentum meningkatkan produktivitas dan berkarya, bukan bermalas-malasan. Bila kita hayati surah Al-Baqarah ayat 183:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Sahabat IRMA yang di rahmati Allah.
Dari ayat tersebut sangat jelas dikatakan bahwa esensi dari berpuasa adalah untuk menjadikan diri kita lebih bertakwa, sedangkan ketakwaan itu tidak akan datang dengan sendirinya apalagi bermalas-malasan, untuk sampai pada derajat ketakwaan itu harus kita upayakan atau usahakan. Maka dari itu, seorang muslim sangat di tekankan selalu produktif untuk menghasilkan berbagai macam kebaikan dalam hidupnya. Sebagaimana firman Allah Swt
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ
“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain”. (Q.S Al-Insyirah [94]:7).
Menurut as-Suyuthi, surah Al-Insyirah ini turun berkenaan dengan kaum musyrikin yang memperolok-olokan kaum muslim karena kefakirannya. Sehingga melalui pesan ayat ini, kaum muslim dimotivasi untuk selalu produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Hal ini menandakan bahwa, sebagai seorang muslim kita dituntut untuk tetap produktif bagaimanapun keadaan kita dan jangan berleha-leha, terus bergerak dan berkarya.
Dalam Islam, produktivitas juga dianggap penting, karena mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari ibadah kepada Tuhan, menjalankan aktivitas sehari-hari, hingga membangun kesejahteraan sosial masyarakat.
Produktivitas menurut Islam selalu didasari oleh nilai-nilai moral yang dapat meningkatkan kehidupan sosial, ekonomi, dan keagamaan. Hal ini didukung oleh ajaran-ajaran agama, seperti menjalankan ibadah, melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi masyarakat, melakukan kebajikan, dan menjauhi aktivitas yang tidak bermanfaat.
Untuk dapat produktif menurut Islam, setiap orang harus memiliki ikhtiar (usaha). Dengan ikhtiar, orang akan menemukan jalan untuk mencapai tujuannya. Selain itu, orang juga harus melakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pribadi, sehingga mereka dapat mencapai kesuksesan.
Ayat lain juga menegaskan agar manusia meningkatkan kreativitas, berinovasi, berprestasi, dan tidak menyia-menyiakan kesempatan:
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”
Aktifitas apapun baik dalam urusan dunia maupun akhirat harus dilandaskan keterikatan dengan Allah. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Allah mencintai orang yang beriman dan berkarya, yaitu orang-orang produktif yang menghasilkan berbagai kebaikan.
Dalam momentum bulan yang penuh berkah ini, semoga kita tidak menjadi manusia yang rugi, yang menyia-nyiakan kesempatan untuk selalu produktif dengan alasan karena sedang berpuasa hingga menjadikan kita pribadi yang malas. Sebagaimana pepatah mengatakan:
اِجْهَدْ وَلَا تَكْسَلْ وَلَا تَكُ غَافِلًا فَنَدَامَةُ الْعُقْبَى لِمَنْ يَتَكَاسَلُ
“Bersungguh-sungguhlah, jangan malas dan jangan menjadi orang yang lalai, karena sesungguhnya penyesalan itu hanya bagi orang yang malas”
Wallahu a’lamu….
Wassalamu’alaiku wr.wb..

