Oleh: Rifa Anggyana
Saat hari, bulan, dan tahun berganti, maka umur pun bertambah. Tetapi, saat umur bertambah, apakah yang juga ikut bertambah?
Adakah, persoalan atau permasalahan justru bertambah dan malah menumpuk dari tahun ke tahun? Adakah masalah tahun kemarin terbawa ke tahun ini, dan dari tahun ini akan tetap memberatkan hingga di tahun depan?
Kalau demikian, maka dapat dipastikan bertambahnya umur Anda tidak disertai dengan bertambahnya pula ilmu, bertambahnya persahabatan, apalagi bertambahnya penghasilan.
Yang biasa lalai diperhatikan oleh kita adalah menganggap bahwa kedewasaan merupakan hal yang otomatis terjadi seiring dengan bertambahnya tahun. Padahal jelas tidak demikian. Kita mengetahui, namun kita sendiri yang ikut tidak menyadarinya. Tentang umur, rasa nyaman telah menipu kita.
Bukankah, ilmu tidak bisa muncul sendiri hanya dikarenakan bertambahnya umur. Persahabatan, persaudaraan, juga pendapatan, tidak pula akan mewujud dengan sendirinya.
Orang yang sudah berumur tidak bisa dikatakan bijaksana karena panjang jenggotnya, karena kambing pun berjenggot. Orang menjadi dewasa bukan diukur dari berapa digit umur di-KTP, tetapi dari seberapa jauh kepedulian dan tanggung jawabnya.
Seorang anak kecil yang peduli dan berusaha meringankan beban orang tuanya tentu lebih dewasa ketimbang remaja yang memboroskan fasilitas dari orang tuanya. Begitu pula orang yang makin tua makin minta dihormati dan dilayani, akan sama nilainya dengan anak-anak manja generasi rebahan, yang santai memegangi gadget sambil merasa nasibnya bakal cerah dan baik-baik saja, padahal dirinya sudah akil baligh.
Bila secara jernih direnungkan, sebenarnya umur telah menjauhkan kita dari dunia dan semakin mendekatkan dengan akhirat. Bergulirnya jumlah hari, bulan, hingga tahun, bukanlah sebuah berkah kecuali didalamnya terdapat proses menjadi lebih baik. Sedangkan, untuk mengetahui perihal yang lebih baik, tentu harus didahului dengan menyadari sesuatu yang sudah tidak baik.
“Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim)
Renungkan baik-baik. Demi dunia berserta semua urusan di dalamnya, seiring dengan bertambahnya umur, apakah keadaan bakal makin berat dan merepotkan, atau bisa semakin ringan dan menyenangkan? Jangan-jangan, hanya hayalan kita saja yang akan bertambah di tahun depan, sedangkan urusan-urusan justru makin menumpuk dan memberatkan.
Menyongsong pergantian tahun ini kita mau party, fantasi, atau introspeksi?
Tidak perlu sampai membayangkan hal yang muluk-muluk kalau dari tahun kemarin hingga nanti berakhirnya tahun ini, yang terjadi hanyalah pemborosan umur. Setidaknya, syukuri waktu sebagai tanda bahwa pintu perbaikan diri masih terbuka. Hargai sungguh-sungguh kesehatan dan nafas yang masih longgar. Fikirkan baik-baik, kita mengejar umur atau dikejar umur.
Rasulullah SAW bersabda, “Tak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa mudanya, dipergunakan untuk apa; tentang hartanya, darimana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan”. (HR At-Tarmidzi).