Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wata’ala, gerhana bulan sering disebut sebagai fenomena astronomi. Tapi Al-Qur’an melihatnya sebagai tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan (Q.S. Fussilat ayat : 37).
Ilmu modern menjelaskan : gerhana terjadi karena bayangan bumi menutupi bulan. Dan Al-Qur’an menegaskan : Masing-masing beredar pada garis edarnya. (QS. Yasin ayat : 40). Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun mengaitkan langsung gerhana dengan ibadah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bersabda : Apabila kalian melihat gerhana, maka shalat dan berdo’alah. (HR. Bukhari dan Muslim).
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wata’ala. Jadi, gerhana bulan bukan untuk ditakuti, apalagi hanya jadi hiburan. Ia adalah alarm pengingat agar kita kembali kepada Allah, merenungi ayat-ayat-Nya, dalam Al-Qur’an, dan sadar bahwa hidup kita pun ada orbit yang harus dijaga.
Kadang kita terlalu sibuk menatap layar, hingga lupa bahwa ada panggung semesta yang Allah bentangkan begitu megah di atas bumi. Jadikan fenomena gerhana menjadi pengingat diri untuk sejenak terdiam, kagum, dan senantiasa merasa kecil di hadapan kebesaran-Nya.
Gerhana bukan sekadar tontonan indah, tapi juga tanda kebesaran Allah. banyangan bumi yang perlahan menutup bulan, lalu cahaya merah temaram yang menyelimutinya, seakan mengingatkan kita bahwa semua di alam raya ini tunduk pada aturan-Nya. Tidak ada yang bergerak satu derajat pun kecuali dengan izin-Nya.
Gerhna bulan yang terjadi saat ini sebagai tanda Maha Besarnya Allah Subhanahu Wata’ala, dan sudah menjadi keharusan untuk kita justru jadikan sebagai banyak pengingat kepada-Nya. Dan jangan lupa untuk memperbanyak dzikir, amalan shaleh, dan melaksanakan shalat gerhana.

