Kita Tak Baik Saja

Kita Tak Baik Saja

Oleh: Intan Safitri – SMK Negeri 5 Kota Bekasi

Cerpen ini dipersembahkan untuk warga Cianjur. Untuk kalian jangan pernah usai dan menyerah, ya! Tenang saja, Allah tahu mana yang terbaik.

*****

            Guncangan-Mu sangat meruntuhkan jiwa kami yang utuh, Rabb.

21 November 2022.

Guncangan hebat membuat suatu daerah terguncang hebat. Semua berlarian, berteriak, dan menyelamatkan diri masing-masing. Beberapa bangunan yang tidak kuat menahan kencangnya gempa akhirnya roboh hingga menimpa beberapa orang di dalamnya.

Semua orang hilang arah, mencari bagaimana keadaan keluarganya. Ada yang kehilangan ibu, ayah, dan adiknya.

“Di mana anakku? Anakku hilang.”

Salah satu ibu mencari anaknya hingga berlarian. Perasaan cemas menguasai pikirannya, pasti.

“Anakku tertimpa bangunan. Tolong!”

Salah satu ayah dengan bibir bergetar tidak sanggup melihat anaknya tertimpa bangunan yang membuat tubuh anak tersebut hancur. Raga dan jiwa seorang orang tua pasti akan patah dan akan menjadi trauma terbesarnya.

Ada anak kecil yang berdiri di depan rumah dengan atap yang sudah hancur.

“IBU ADA DI MANA?”

Anak kecil itu berteriak mencari ibunya. Berharap malaikat hidupnya akan baik-baik saja. Sudah pasti hatinya hancur dan dihantui rasa takut. Seperti mimpi, ini semua terjadi secara tiba-tiba.

“IBU … AKU DI SINI, IBU ADA DI MANA?”

Kembali berteriak diiringi isak tangisnya. Anak kecil itu hanya bisa berdiri tanpa berani mendekat. Sudah hancur, semua hilang tidak tersisa.

Semua warga yakin ini adalah sebuah ujian yang Allah berikan.

Pengingat bahwa kita harus lebih bersyukur, selalu beribadah, dan percaya bahwa Allah bisa mengubah semua ini secara cepat. Dibalik ujian yang menimpa seluruh warga Cianjur, pasti akan ada keindahan dibalik sesuatu yang terjadi.

Menerima keadaan adalah salah satu jalan terbaik untuk saat ini. Meskipun sangat sakit, semuanya menjadi hancur, semuanya hilang dan habis tidak tersisa, pasti akan ada jawabannya suatu saat ini. Percaya takdir itu sangat baik.

“Ibuku sudah pergi.”

“Ayahku hanya tertinggal nama.”

“Anakku tidak tahu di mana.”

Meskipun terdengar ricuh, mereka semua hanya bingung dan sakit. Jiwa terombang-ambing, dada sesak, pikiran runyam.

“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid:22)

Tidak ada akhir dari kehidupan. Tidak ada waktu yang berhenti sebelum benar-benar Allah perintahkan. Hanya kesabaran, ketabahan, ketenangan yang harus mereka jalankan.

***

Sudah berulang kali ada gempa susulan.

Tidak ada yang tidur pulas. Semuanya was-was. Rasa trauma itu sudah menguasai sejak kejadian gempa yang menghabiskan beberapa nyawa orang yang mereka cintai.

Berharap ini semua akan usai dengan segera. Mereka merasa sudah lelah.

“Ya Allah Gusti Nu Agung. Selesaikan ini semua. Kami lelah.”

Mendengar permohonan seorang ibu sembari melihat langit yang gelap mampu membuat mata berkaca-kaca. Ibu tersebut telah kehilangan anaknya yang hingga saat ini belum ditemukan. Wajahnya pucat. Beliau benar-benar khawatir.

“Sampai saat ini saya enggak tahu anak saya di mana. Dia sudah makan atau belum saya enggak tahu. Dia takut sendirian.”

Ibu itu mengusap air matanya dengan kain yang katanya itu menjadi alat gendong untuk anaknya. Begitu sayang ibu kepada anaknya, meskipun lelah, lapar, ibu itu tidak ingin beristirahat sebelum anaknya ditemukan.

“Ibu pasrah, mau anak Ibu nyawanya masih ada atau tidak, terpenting dia ditemukan.”

Dibalik kejadian ini memiliki makna yang luar biasa. Memberi peluang untuk belajar menghargai, meyakini, dan ikhlas. Tidak ada yang kebetulan, pasti ini semua sudah menjadi garis waktu yang sudah ditentukan secara matang.

Bantuan dari pemerintah sudah ada, meskipun masih kurang dan semuanya belum mendapatkan, setidaknya membuat kami yang mengalami kejadian ini menjadi merasa dipedulikan.

Dalam satu tenda terdapat beberapa keluarga yang ditinggalkan. Berkumpul menjadi satu dan saling berbagi. Meskipun bantuannya yang masih sedikit dan tidak terbagi rata, semua yang terdapat di tenda itu merasakan walaupun sedikit.

“Untuk bantuan saat ini hanya baru sedikit. Semua warga harap bersabar, pemerintah sedang mencari jalan keluarnya. Proses evakuasi korban yang hilang juga akan segera dilakukan dengan cepat. Semuanya harap tenang, dan saling menjaga diri masing-masing juga orang di sekitarnya. Gempa susulan akan terus ada. Berdoa selalu agar kita selalu dilindungi.”

Tidak ada hentinya untuk kami selalu berdoa di bawah tekanan bumi Cianjur yang sedang marah. Dengan adanya peringatan gempa susulan akan terus ada membuat kami semakin khawatir. Doa dan harap sudah kami panjatkan, tinggal Allah yang mengatur.

“Jika ada nama korban yang akan kami sebutkan, segera melaporkan diri di posko. Proses selanjutnya akan ditindaklanjuti. Mari sama-sama berkontribusi untuk keselamatan bersama dan jangan sampai ada korban selanjutnya.”

“Doakan selalu relawan yang bertugas agar selalu diberi perlindungan dan keselamatan dari Allah. Dari kami, untuk kalian, warga Cianjur.”

“Aamiin.” Semua berdoa dengan hajat yang sama. Kami juga ingin kembali tenang.

“Percayalah, tidak ada ujian di luar batas kemampuan umatnya. Yakinlah, sekarang kita sedang tidak baik-baik saja, tapi tidak tahu suatu saat nanti. Tetap sabar, tawakal, dan ikhtiar di keadaan seperti ini. Jangan pernah menyerah. Allah bersama kita.”

Benar. Allah selalu bersama kami. Allah tidak pernah meninggalkan kami dalam keadaan apa pun. Allah sedang menguji siapa yang bertahan. Allah akan mengangkat derajat kami, pasti.

Jangan pernah usai di suatu titik kehidupan, atau hidupmu akan menyesal. Tapi berjuanglah di satu titik kehidupan terberat, atau kamu akan bahagia.

            Kami tidak usai. Kami akan berjuang. Cukup bangunan saja yang roboh, semangat kami jangan.

***

#PRAYFORCIANJUR

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: