Rindu sang Khaliq

Rindu sang Khaliq

Oleh: Siti Nurlaena (SMAN 4 Bogor)

Di bawah langit malam aku berjalan seorang diri menikmati hembusan angin membelai lembut kulitku. Hari ini adalah hari terburuk dalam hidupku,baru saja aku ditinggalkan oleh cinta pertamaku yaitu ayah. Dia telah pergi menyusul bunda kepangkuan sang Khaliq.

Aku menyeka air mata yang meluncur bebas dari sudut mataku,hidupku begitu hampa tanpa sosok orang tua di samping ku.

“Tuhan apa kau belum cukup mengambil bundaku hingga kau ambil juga ayahku?.” Aku merasa Tuhan telah mengambil semua yang aku punya dan tidak membiarkan aku hidup dengan bahagia.

“Yang aku tahu kau maha mendengar segala doa yang hamba mu panjatkan,tapi mengapa kau tidak mendengar doa ku agar menyembuhkan ayahku tapi mengapa engkau malah mengambil ayahku”

“Ada masalah apa hingga kamu menyalahkan Allah dan berkata Allah tidak mendengarkan doamu?” tanya seorang wanita berhijab yang entah sejak kapan berada disamping ku. Dia tersenyum dan menyodorkan tangan nya.

“Namaku Fatimah” ucap wanita itu yang ternyata bernama Fatimah. Aku yang paham dia mengajak berkenalan menjabat tangannya.

“Alana”ucapku

“Aku telah kehilangan ayahku,Allah telah mengambilnya dariku. Hanya Ayah yang aku punya di dunia ini,bunda sudah pergi saat melahirkan aku. Dan sekarang aku sudah tidak memiliki siapa siapa lagi.”

“Inna lillahi wa inalillahi Raji’un. Aku turut berduka cita atas kepergian ayahmu. Tapi, kamu tidak bisa menyalahkan Allah atas kepergian ayah kamu,karena ayah kamu sepenuhnya hanyalah milik Allah.” Aku mendengar wanita yang bernama Fatimah itu berbicara entah mengapa aku merasa nyaman padahal dia hanya orang asing.

“Ibaratnya seperti kamu meminjam sebuah buku di perpustakaan. Akan ada tenggat waktu pengembalian buku itu. Dan ketika tenggat waktunya sudah tiba maka mau tidak mau kamu harus memberikannya saat itu juga. Begitupun dengan ayah mu, dia hanya lah milik Allah yang Allah pinjamkan untukmu. Saat waktunya sudah tiba,Allah akan mengambil kembali apa yang Allah pinjamkan kepada kamu. Mau tidak mau,kamu harus bisa mengikhlaskan ayahmu.” Ucap Fatimah

“Tapi berat buat aku untuk melewati nya”ucapku

“Allah berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 286 yang artinya Allah tidak menguji seorang hamba di luar kemampuannya,Allah memberikan ujian ini untuk kamu karena Allah yakin kamu mampu untuk melewati nya”

“Kamu sudah shalat isya?”tanya Fatimah.

Aku menggeleng sudah lama sekali aku tidak mengerjakan kewajiban aku sebagai seorang muslim,jujur aku rindu mengadu kepada Allah,aku rindu menangis dalam sujudku,saat ayahku sakit aku malah menjauh dari sang Khaliq.

“Sekarang shalat ya,mungkin saat ini Allah tengah rindu dengan kamu,Allah rindu kamu menangis di hadapannya.”ucap Fatimah. Aku mengangguk.

“Terima kasih Fatimah.” Ucapku dan tersenyum padanya.

“Sama sama”ucap Fatimah membalas senyumku.

Aku sampai di masjid dan melangkah kan kaki menuju tempat wudhu.

Saat memasuki tempat shalat rasanya hatiku begitu damai, lantunan lantunan ayat Al Qur’an terdengar dari orang orang yang tengah membaca Al Qur’an.

Aku mulai shalat baru saja takbir mataku rasanya memanas tak kuasa menghadap sang Khaliq,aku begitu malu menghadap nya dengan penuh dosa.

Rukun demi rukun shalat telah aku jalankan,kini saat nya aku mengadu pada Allah

Ya Allah aku begitu malu dengan mu,aku menyalahkan mu atas kepergian ayahku. Aku malu telah melalaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Hamba memohon ampun padamu dan ampunilah segala dosa ayah ku dan berikanlah dia tempat yang terbaik di sisi mu.

Lapangkan lah hati ini untuk menerima segala ketetapan yang engkau berikan untuk hamba mu ini.

Setelah mengeluarkan segala tangisku hatiku begitu tenang, sekarang aku mengerti apapun yang Allah tetapkan untuk hambanya itulah yang terbaik untuk hambanya

Yakinlah allah tidak mungkin membebani hambanya di luar batas kemampuannya,Allah lebih tau segalanya dan hanya Allah lah tempat sebaik baik tempat untuk mengadu.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: