Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, berkat risalah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang penuh cinta dan kasih sayang, Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi kita keringanan selama keburukan hanya terlintas di hati, belum nyata dalam perbuatan, dan kita tidak mengakuinya, Allah tidak menghukum kita dengan siksa dan bisikan hati saja tidak membuat seorang muslim mendapat hukuman dari Allah Subhanahu wa Ta’ala
Pada awalnya, bisikan hati diperhitungkan Allah kepunyaan Allah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi dan, jika kamu melahirkan apa yang ada di hatimu atau kamu menyembuyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan denganmu tentang perbuatan itu maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
Tetapi, dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah memberi kita keringanan ayat ini kemudian digantikan oleh ayat lain yang turun sesudahnya, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya dengan demikian bisikan hati tidak diperhitungkan sebelum menjadi perbuatan atau diakui benar sebab, mengakui benar sama dengan mengerjakan jika seseorang berprasangka buruk kepada orang lain, dan ia mengakui bahwa hal itu benar, maka pengakuannya terhitung dosa
Akan tetapi, bagi orang-orang yang tengah menempuh perjalanan menuju Allah, dan ingin mendekatkan diri kepada Allah, masalahnya tidak sebatas itu meskipun bisikan hati tidak diperhitungkan, tetapi mereka tahu bahwa setiap perbuatan baik atau buruk berawal dari bisikan hati karena itu, mereka selalu mengintrospeksi diri atas setiap bisikan hati mereka sebelum menjadi tindakan nyata
Sumber : Kitab Ma’alim Al-Suluk Li Al-Mar’ah Al-Muslimah karya Al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri