Oleh: Dzikri Ashiddiq
Pembaca yang dirahmati Allah Subhanahu Wata’ala, KH. Budi Ashari, Lc. Menyampaikan, belajar zaman now itu gampang banget. Bangun tidur tinggal scroll IG langsung dapat nasihat, buka Tik Tok bisa dapat ilmu. Tapi siapa yang kita ikutin ? jangan-jangan cuma karena thumbnail-nya keren.
Ilmu itu mirip resep rahasia keluarga. Tidak hanya soal bahan, tapi juga siapa yang menyampaikan dan mengajarkan. Kalau resepnya dari nenek, terus turun ke ibu, terus turun ke kita, rasanya bisa sama persis. Tapi kalau dari orang random di You Tube ya bisa jadi mirip, dan bisa juga seperti masakan eksperimen.
Nah, itu dia yang namanya sanad yaitu jalur guru ke murid yang jelas. Mau ilmu agama, bahasa, seni, atau teknik, semuanya lebih mantap kalau kita tahu siapa dari siapa yang mengajarkan sampai ke sumbernya. Karena belajar tanpa sanad itu seperti kopi sachet tanpa merk, bisa enak, bisa juga gak enak.
Hari ini, kita belajar dari konten pendek, notes yang dikirim via group, dan dari video tapi apa kita tahu dari siapa jalurnya ? dalam Islam ilmu ditransfer dengan wajah secara tatap muka bertemu langsung, dengan adab mulia, dengan ridho dan kedekatan jiwa pada Allah Subhanahu Wata’ala, itulah mengapa sistemnya bertahan hingga hari ini.
Islam mempunyai banyak model transfer ilmu diantaranya : yang pertama sanad yaitu jalur guru ke murid, yang kedua talaqqi yaitu menerima langsung, yang ketiga Ijazah yaitu izin resmi, yang keempat halqah, yang kelima tadwin yaitu pencatatan lisan, yang keenam mujadalah yaitu diskusi argumentatif, yang ketujuh yaitu mendengar langsung, yang kedelapan daurah dan lain lainnya.
Lalu apa yang hilang jika ini dilupakan ? yaitu ilmu tidak lagi punya adab, siapa saja bisa bicara atas nama Islam, dan kitab dibaca tanpa pemahaman ruhnya. Maka dari itu, mari kita kenali kembali warisan sistem transfer ilmu dalam Islam. Karena ilmu bukan hanya tentang tahu, tapi tentang dari siapa kita tahu.

