Strawberry Generation

Strawberry Generation

Oleh: Rusi Anisa – SMAN 16 Kota Bandung

Lahir di tengah kemudahan teknologi, generasi Z kerap disebut generasi instan. Meski begitu, gen Z dikenal sangat kreatif, lho. Sayang mereka mudah goyah sama keadaan sekitar. Dari situ, muncullah sebutan Strawberry generation. Hmm, generasi apa lagi tuh? Yuk, kita cari tahu! Istilah Strawberry generation kali pertama diperkenalkan di Taiwan buat mereka yang lahir pada 1990-an atau yang bisa disebut generasi Z.

Menurut Prof Rhenald Kasali, Strawberry generation memiliki banyak ide kreatif, tetapi mudah menyerah dan sakit hati. Disebut Strawbery generation karena kondisi generasi seperti buah stoberi, mudah rusak ketika terkena benturan, tetapi dari luar tampak merah merona juga cantik. Sama halnya dengan generasi Z yang “katanya” nggak tahan sama tekanan sosial.

Pandangan tersebut muncul karena generasi z dibesarkan dalam lingkungan orang tua protektif yang menyediakan semua kenyamanan untuk anaknya. Sebagaimana  buah stroberi yang ditanam di rumah kaca terlindungi. Karakter tersebut nggak hanya muncul karena pola sasuh, tetapi juga perubahan dunia yang semakin cepat dan kompetitif. Beberapa tanda strawberry generation antara lain, mudah putus asa, sulit keluar dari zona nyaman, sering plin plan, dan ingin sukses secara instan.

Hal ini dilengkapi dengan fakta rusaknya generasi saat ini. Banyaknya kasus bullying yang merenggut nyawa remaja karena rasa tidak suka, circle pertemanan yang tidak sehat, pergaulaun bebas yang tidak bisa terkontrol, rasa gengsi para remaja karena penilaian duniawi sehingga melahirkan pribadi konsumtif, menjadi pribadi yang insecure dan juga menjadikan sosial media sebagai media untuk menunjukan siapa yang paling hebat.

Kenapa bisa demikian? Sebab kehidupan remaja saat ini jauh dari agama. Agama tidak dijadikan sebagai landasan dan tuntunan dalam hidupnya, melainkan hanya dijadikan identitas saja. Seperti kata orang, “Islam KTP.”

Menampakkan ketaatan, menutup aurat hanya sekedar di masjid atau forum keagamaan. Tetapi jika sudah berada di luar, mereka kembali berbaur, sudah tidak lagi mengamalkan ketaatan dan tidak menutup auratnya.

Karena jauh dari agama, remaja itu dijebak dengan pemikiran 4F + 1V yaitu, food, fashion, film, fun dan viral. Sudah sangat terasa sekali pengaruh ini di kalangan remaja. Orientasi kehidupan mereka itu bukan untuk taat kepada Allah, melainkan mengikuti segala cara agar termasuk dalam suatu bagian atau kaum. Dan sekarang pun ditambah dengan adanya mental health issue yang menjadikan remaja itu sudah memiliki masalah dengan kesehatan jiwanya. Dari pengaruh ini pula menjadikan remaja mengalami kecemasan, overthingking, depresi, stress dan lain sebagainya.

Mereka pun akhirnya tidak mengetahui tujuan hidup mereka sebenarnya hanya untuk Allah semata. Jangan heran jika saat ini banyak remaja yang takut gagal sebelum mencoba, selalu merasa “tidak bisa” padahal mampu, pribadi yang berkeinginan suskses, tapi tidak mau berusaha. Begitu pula pola asuh digital orang tua yang menjadikan teknologi sebagai alat penenang mereka, sehingga memiliki karakter phubbing. Phubbing itu adalah sebutan untuk orang-orang yang disaat berkomunikasi bukan melihat lawan bicara tetapi melihat layar handphone.

Para remaja saat ini terjebak dengan adanya standar bahagia 4F + 1V sehingga problem mental ini juga diakibatkan karena ekspektasi tidak sesuai realita yang menjadikan mereka stress. Padahal, remaja itu memiliki banyak potensi yang nantinya akan menyebar kebermanfaatan untuk orang lain.

Allah karuniakan masa remaja dengan kekuatan, baik itu fisik, pikiran, dan kecerdasan. Dari remaja lahir ide dan kreativitas. Salah satu contoh remaja yang sukses dalam Islam yaitu Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel. Ia dididik sedari kecil oleh orang tua dan para gurunya untuk dipersiapkan menjadi pemimpin dan Penakluk. Kecerdasannya membuatnya bisa menguasai berbagai strategi perang dan bahasa asing di usia belia. Bahkan naik tahta pun saat usia remaja. Taktik perangnya terkenal tak putus asa saat menghadapi pasukan Romawi. Kapal-kapal perangnya tak berhenti karena rantai besi Romawi. Pasukan Al Fatih mendorong kapal-kapal mereka melalui pegunungan hingga saat fajar tiba, kagetlah pasukan Romawi karena sudah dikepung oleh pasukan Al Fatih.

Sayangnya saat ini, potensi ini tidak berkembang optimal karena remaja dibuat sibuk dengan hal duniawi, seperti mencari penilaian atau gelar dari manusia.

Lalu apa, sih yang bisa dilakukan untuk mengatasi strawberry generation ini? Yang pertama ajak mendekat pada Allah SWT. Hal ini bisa dilakukan dengan mengajaknya ke tempat menuntut ilmu agama seperti pengajian dan libatkan dalam kegiatan keagamaan. Kedua, jadikan diri kita adalah teman taat. Seorang teman yang senantiasa mengingatkan tanpa marah, memberi tahu mana hal yang hukumnya wajib, haram, sunah, makruh, mubah karena sejatinya kita terikat dengan hukum syara.

Kemudian, bina mereka dengan penuh kasih sayang bukan ancaman. Karena untuk merubah karakter seseorang itu tidaklah mudah, apalagi saat ini banyak godaan dan tantangan bagi para remaja. Tidak hanya itu saja, harus pula diringi dengan doa, ikhtiar, sabar dan juga terus mengkaji islam lebih mendalam atau secara kaffah. Jangan sampai potensi remaja terkuras oleh arus yang sering kali berubah-ubah.

Adanya kemudahan dan kecanggihan teknologi harus menjadi cara agar dakwah pun tetap bisa diterima di kalangan remaja. Harapannya melaui apa yang disampaikan, dibaca, ditonton bisa menjadi pondasi yang kuat bagi agama mereka.

Kondisi negara bangsa dan agama di masa depan, ditentukan oleh kondisi remaja saat ini. Tak akan ada perubahan jika dikerjakan sendirian, perlu adanya kerja sama berbagai pihak salah satunya yaitu pemuda sendiri dan itu kamu.

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Baca Juga: